ModulPelatihan
Ke Menu Utama

MATERI INTI 1
IDENTIFIKASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA BIDANG KESEHATAN


I. DESKRIPSI SINGKAT

Dalam beberapa dekade terakhir, frekuensi kejadian penyakit semakin tinggi khususnya Penyakit Demam Bedarah Dangue (DBD). Dikutip dari Info DATIN 2016, sejak tahun 1968 terjadi peningkatan kasus DBD dari 58 menjadi 126.675 kasus pada 2015. Sementara itu juga, terdapat peningkatan sebesar 85% kabupaten/kota terserang DBD. Salah satu bentuk triger penyakit ini adalah perubahan iklim.

Laporan Penilaian IPCC Kelima (AR5) [IPCC 2014] menunjukkan bahwa iklim global telah mengalami pemanasan yang signifikan. Data pengamatan menunjukkan bahwa suhu permukaan rata-rata global meningkat sebesar 0.85OC dalam 130 tahun terakhir. Kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan terutama kesehatan manusia.

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat rentan terhadap perubahan iklim karena posisi Indonesia yang berada di daerah tropis menyebabkan wilayah Indonesia memiliki curah hujan tahunan yang tinggi. Fenomena perubahan iklim diprediksi juga dapat meningkatkan frekuensi dan magnitude ENSO yang mempengaruhi kejadian kekeringan (El Nino) dan banjir (La Nina) di Indonesia. Hal ini akan semakin memperparah akan kejadian penyakit di Indonesia terutama saat bencana.

Pola curah hujan yang semakin bervariasi akibat perubahan iklim cenderung akan mempengaruhi pasokan air tawar. Menurut IPCC (2014) kurangnya air yang aman dapat membahayakan kebersihan dan meningkatkan risiko penyakit diare, yang membunuh lebih dari 500.000 anak-anak berusia di bawah 5 tahun, setiap tahun. Dalam kasus ekstrem, kelangkaan air menyebabkan kekeringan dan kelaparan serta gizi buruk bagi balita. Selain itu, bencana banjir juga dapat meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air, dan menciptakan tempat berkembang biak bagi serangga pembawa penyakit seperti nyamuk. Hal ini akan memicu penyebaran wabah penyakit mematikan seperti malaria, kolera dan demam berdarah. Bahkan terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Hal ini disebabkan kondisi di Indonesia yang cenderung panas dan lembab memudahkan vektor tumbuh baik. Bencana banjir juga menyebabkan banyak orang tenggelam dan luka fisik, merusak rumah serta mengganggu pasokan layanan medis dan kesehatan.