ModulPelatihan
Ke Menu Utama

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1. Kejadian perubahan iklim

a. Definisi perubahan iklim global

Seringkali iklim disalah artikan sebagai cuaca. Terdapat perbedaan periode waktu dalam keduanya. Iklim sendiri didefinisikan sebagai rata-rata jangka panjang kondisi cuaca di suatu daerah, misalnya nilai rata-rata variabel iklim permukaan (misal: suhu dan curah hujan) selama 30 tahun atau lebih. Sementara cuaca adalah nilai sesaat dari kadaan atmosfer, serta perubahan dalam jangka pendek (< 1 jam hingga 24 jam) di suatu tempat tertentu di bumi sehingga di setiap tempat kondisi cuaca selalu berubah. Setelah satu tahun membentuk pola siklus tertentu, setelah beberapa tahun akan mencerminkan sifat atmosfer yang dikenal sebagai Iklim. Terdapat ungkapan yang jelas untuk mencerminkan kedua hal tersebut "CLIMATE is what you expect and WEATHER is what you get. CLIMATE tells you what clothes to buy, but WEATHER tells you what clothes to wear".

Sementara Dewan Riset Nasional (NRC) mendefinisikan bahwa "the climate is the system consisting of the atmosphere, hydrosphere, lithosphere, and biosphere. Physical, chemical, and biological processes are involved in interactions among the components of the climate system". Secara sederhana Iklim juga bisa diartikan sebagai interaksi antar berbagai komponen penyusun sistem bumi (National Research Council, 2006). Berikut ilustrasinya.

Gambar 1 ilustrasi redefinisi iklim sebagai interaksi antar komponen bumi. Sumber : (National Research Council, 2006)

Lembaga internasional yang memfokuskan pada iklim atau lebih dikenal dengan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2014) menjelaskan bahwa perubahan iklim adalah "a change in the climate system on a large scale in the past few decades or less the amendments are consistent for at least several decades and caused major disruption to the human and natural systems". Penyebab dari perubahan iklim terkait dengan peningkatan emisi gas rumah kaca antropogenik (GRK) sejak era pra-industri, mengakibatkan peningkatan besar konsentrasi gas rumah kaca atmosfer, yaitu, karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Silahkan merujuk pada laporan Kelima IPCC yang dikenal sebagai AR-5 untuk rincian lebih lanjut tentang diskusi faktor yang berkontribusi menyebabkan perubahan iklim. Untuk menggambarkan perbedaan rentang waktu pada skala cuaca dan iklim, silahkan perhatikan gambar di bawah.

Gambar 2 Rentang waktu dan skala horizontal dari fenomena cuaca yang berbeda
Sumber : Modifikasi dari Delden (1992) berdasarkan (Van Delden, 1992)

Gambar 3 Ilustrasi perbedaan waktu dan keuntungan pada berbagai kondisi.
Sumber : WMO 2005

b. Bukti ilmiah adanya perubahan iklim global

Terdapat banyak indikator perubahan iklim, seperti suhu permukaan, uap air atmosfer, presipitasi, kejadian bencana, pencairan gletser hingga kenaikan permukaan laut. Perubahan iklim menyebabkan perubahan kondisi fisik pada lautan, daratan hingga atmosfer. Perubahan pada lautan ditunjukan oleh penghangatan suhu, kenaikan muka air laut (TML) hingga perubahan salinitas laut. Pada daratan terjadi pencairan es, penghangatan permukaan hingga peningkatan dahsyat presipitasi. Tidak hanya itu, indikator perubahan iklim juga secara jelas dapat dibuktikan terjadinya peningkatan rata-rata suhu permukaan tanah hingga peningkatan suhu ditroposfer akan tetapi terjadi pendinginan di wilayah stratosfer. Secara ringkas digambarkan di bawah (IPCC, 2014)

Gambar 4 Intisari indikator perubahan iklim yang diamati sebagaimana tercantum dalam AR4. Indikator suhu ditunjukan oleh huruf merah; hidrologi: biru; lainnya: hitam. Sumber: (IPCC, 2014)

Secara nyata bukti perubahan iklim global dapat dilihat dengan mengidentifikasi perubahan suhu udara dan curah hujan pada berbagai daerah. Perubahan yang diamati pada suhu permukaan rata-rata global sejak tahun 1950 ditunjukkan pada gambar di bawah. Berdasarkan berbagai literatur, rata-rata kenaikan suhu udara mencapai 0.8oC hingga saat ini (IPCC 2014).

Gambar 5 Perkiraan perubahan anomali suhu permukaan rata-rata tahunan yang diamati secara global dibandingkan tahun 1961-1990 (dalam °C) sejak 1950 dibandingkan dengan kisaran proyeksi dari penilaian IPCC sebelumnya. Sumber: IPCC (2014)

Indikator kunci perubahan iklim juga termasuk perubahan konsentrasi radiatif yang cukup penting yaitu GHGs dimana merupakan pendorong perubahan yang sangat signifikan (e.g., Forster, 2007). (IPCC, 2014) menjelaskan perubahan global dan tahunan rata-rata konsentrasi untuk gas CO2, CH4 dan N2O.

Gambar 6 Tingkat perubahan karbon dioksida (CO2).
Sumber : NASA, http://climate.nasa.gov/climate_resources/136

c. Proyeksi perubahan iklim global

IPCC (2013) telah mengeluarkan Atlas Perubahan Iklim Global. Atlas tersebut dikembangkan berdasarkan ensemble (gabungan) sekitar 42 model iklim yang termasuk dalam CMIP5 (Coupled Model Intercomparison Project) dan dilaporkan dengan dilengkapi nilai kemungkinan 25%, 50%, dan 75% berdasarkan distribusi nilai luaran ensembel CMIP5. CMIP merupakan rangkaian model dengan eksperimen-eksperimen iklim yang terkoordinasi di dalamnya. Pada pedoman ini, proyeksi perubahan iklim global digambarkan dengan dua unsur iklim yang paling berpengaruh, yaitu suhu udara dan curah hujan.

Atlas Perubahan Iklim Global menunjukan runtun waktu perubahan suhu udara dan curah hujan tahunan relatif dari 1986-2005 pada areal daratan dan samudra secara global. Pada atlas tersebut menunjukan perbedaan kenaikan suhu untuk kedua lokasi. Wilayah daratan lebih besar kenaikannya dibanding lautan demikian pula dengan curah hujan.

Atlas Perubahan Iklim Global menampilkan peta perubahan suhu pada tahun 2016-2035, 2046-2065 dan 2081-2100 dibandingkan dengan data baseline tahun 1986-2005 dalam skenario RCP4.5. Untuk setiap titik persentil, ke 25, 50 dan 75 dari distribusi ansambel CMIP5 ditampilkan. Masing-masing persentil menunjukan bahwa terjadi peningkatan suhu udara terutama di bagian utara bumi. Persentil 75% menunjukan peningkatan yang paling signifikan. Sementara pada curah hujan, peningkatan terbesar teruma terjadi di wilayah khatulistiwa.

Pentingnya mengetahui informasi proyeksi perubahan iklim terutama unsur permukaan seperti curah hujan dan suhu udara karena, penyakit termasuk didalamnya vektor dan patogen berkaitannya erat dengan kedua unsur iklim di atas. Oleh sebab itu, penggunaan proyeksi iklim diharapkan dapat menduga potensi dampak penyebaran dan perkembangan penyakit pada periode masa mendatang.

Pokok Bahasan 2. Identifikasi dampak perubahan iklim pada bidang kesehatan

a. Identifikasi dampak perubahan iklim wilayah

Bukti nyata dampak perubahan iklim terhadap perubahan iklim wilayah Indonesia ditunjukan dengan proyeksi perubahan suhu udara tahunan yang meningkat untuk seluruh wilayah sampai dengan 2oC di pulau-pulau besar di Indonesia pada tahun 2100. Silakan merujuk laporan IPCC (2010) untuk rincian tentang proyeksi suhu udara musiman.

Gambar 7 Perubahan suhu udara permukaan rata-rata (relatif terhadap tahun 1986 - 2005).
Sumber : IPCC (2014)

Untuk curah hujan, berdasarkan nilai kemungkinan 25%, curah hujan tahunan dapat turun hingga 20% terutama di daerah bagian selatan untuk periode 2016-2035. Untuk periode selanjutnya, curah hujan diproyeksikan meningkat hingga 20% terutama di bagian utara dan wilayah lain, yaitu: Kalimantan dan Papua, untuk periode 2046-2065 dan 2081-2100. Namun, atlas pada nilai kemungkinan 50% dan 75% menunjukkan bahwa curah hujan diproyeksikan meningkat hingga 20% untuk sebagian daratan Indonesia dalam tiga periode proyeksi dengan tinggi potensi peningkatan curah hujan untuk periode mendekati 2100 (Gambar 8). Secara musiman, peningkatan curah hujan diproyeksikan untuk musim hujan (Oktober-Maret) dan musim kemarau (April - September). Dari dua musim, peningkatan curah hujan relatif tinggi untuk musim hujan. Di sisi lain, penurunan curah hujan relatif tinggi untuk musim kemarau, khususnya yang diproyeksikan untuk pulau Jawa berdasarkan nilai pada kemungkinan 25% dan 50%. Silakan merujuk IPCC (2010) untuk rincian tentang distribusi proyeksi curah hujan musiman di Indonesia.

Gambar 8 Distribusi spasial perubahan curah hujan regional tahunan periode 2016-2035, 2046-2065 dan 2081-2100 dengan periode baseline 1986-2005 berdasarkan skenario RCP4.5. Nilai kemungkinan 25%, 50% dan 75% dari distribusi ensambel CMIP5 ditampilkan dalam kolom.
Sumber: IPCC (2014)

b. Identifikasi dampak perubahan iklim pada bidang kesehatan

Perubahan iklim diperkirakan telah berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia. (McMichael, 2013) telah merangkum dampak perubahan iklim tersebut yang ditunjukan pada diagram di bawah. menjelaskan dampak langsung kesehatan dari perubahan iklim ditunjukkan di bagian kanan atas dari gambar, sebagian besar disebabkan oleh kejadian cuaca ekstrem. Dampak kesehatan yang tidak langsung, ditunjukkan di bagian bawah gambar, yang diimplikasi oleh dampak lingkungan dan sosial utama dari perubahan iklim. Ini termasuk lima kategori dampak kesehatan tidak langsung dan dampak tersier terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup yang timbul dari gangguan, dislokasi, dan konflik yang menyebar, yang cenderung meningkat dalam dekade mendatang dan ditunjukan dengan tanda panah ke atas.

Gambar 9 Proses dan pola dampak perubahan iklim yang mempengaruhi berbagai aspek khususnya kesehatan manusia. Sumber : (McMichael, 2013)

Dampak perubahan iklim global terhadap kesehatan manusia saat ini sudah menjadi perhatian. Perubahan iklim diperkirakan memicu peningkatan penyakit tertentu ditularkan melalui vektor, air, dan makanan (Athena & M, 2013; Sudarso, 2010). (USGCRP, 2016) menjelaskan berbagai dampak perubahan iklim pada sektor kesehatan. Diagram di bawah menunjukkan contoh spesifik bagaimana perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan manusia, sekarang dan di masa depan. Efek ini bisa terjadi pada skala lokal, regional, atau nasional. Contoh yang tercantum di kolom pertama adalah faktor iklim pendorong. Kolom eksposure menjelaskan bagaimana faktor iklim mempengaruhi paparan individu atau masyarakat terhadap ancaman perubahan iklim dan kolom berikutnya menunjukan implikasi hasil perubahan pada kesehatan. Ringkasan dampak ditunjukan pada matriks di bawah.

Tabel 3 Matriks contoh dampak iklim pada kesehatan. Sumber : (USGCRP, 2016)

Faktor Iklim Eksposure Efek Kesehatan Dampak
Suhu Ekstrem Lebih sering, cukup parah, semakin panjang gelombang panas Peningkatan suhu Panas terkait kematian dan sakit Peningkatan suhu memicu peningkatan kematian dan sakit akibat panas
Kualitas udara diluar ruangan Peningkatan suhu dan perubahan pola presipitasi Kualitas air yang buruk (ozon dan partikuler dan jumlah pollen lebih tinggi) Kematian prematur, kardiovaskuler akut dan kronis serta penyakit respiratory Peningkatan suhu dan kebakaran serta penurunan presipitasi memicu peningkatan partikulat dan ozon, Peningkatan risiko kardiovaskuler dan sakit bahkan kematian
Banjir Kenaikan muka air laut dan tingginya frekuensi hujan ekstrem, badai serta gelombang tinggi Terkontaminasinya air, debit, dan insfrastruktur utama Tenggelan, sakit, dampak pada kesehatan mental, penyakit diare dan semacamnya Meningkatnya banjir dan rob akan berdampak pada dampak negatif kesehatan sebelum, saat dan pasca kejadian
Infeksi penyakit menular Perubahan temperatur ekstrem dan pola cuaca musiman aktivitas kutu semakin meluas secara geografis dan berkembang lebih cepat Penyakit Lyme Meningkatnya risiko keterpaparan manusia pada penyakit Lyme akibat bakteri
Infeksi terkait air Kenaikan suhu permukaan laut, perubahan presipitasi dan efek runoff pada salinitas pesisir Terkontaminasinya air lokasi wisata maupun untuk keperluas domestik oleh Vibrio vulnificus Vibrio vulnificus dan diare hingga kematian Perubahan waktu dan lokasi pertumbukan Vibrio vulnificus, peningkatan keterpaparan dan risiko pencemaran air
Infeksi terkait banjir Peningkatan suhu, kelembaban, dan panjang hari Peningkatan pertumbuhan patogen, perubahan musim insiden keterpaparan Salmonella Infeksi Salmonella, penyakit pada saluran pencernaan Peningkatan prevalensi Salmonella pada makanan, panjangnya musim dan penghangatan musim hujan akan meningkatkan risiko infeksi
Infeksi terkait makanan Dampak perubahan iklim, khususnya pada cuaca ekstrem Tingkat keterpaparan terhadap kejadian traumatik seperti bencana Distress, Gusar, Kesehatan disorders, dampak sosial, kerentanan Peningkatan stress dan dampak pada kesehatan mental

Hasil koleksi berbagai artikel (Perdinan, 2016) menemukan bahwa perubahan iklim telah berdampak nyata pada berbagai sektor terutama penyakit. Sudarso (2010) mengemukakan bahwa angka kematian meningkat sekitar 3,34% di wilayah dengan suhu rata-rata lebih tinggi dari 300C dan tingkat ancamannya akan naik sekitar 4,23% jika rata-rata suhu di atas 300C. Sebuah studi yang dilakukan oleh Zubaidah (2012) di Banjarbaru - Kalimantan Selatan menjelaskan bahwa perubahan iklim global dapat mempengaruhi peningkatan curah hujan bulanan (mulai dari 171 mm ke 243 mm per bulan) dan kelembaban relatif (mendekati 90%), kondisi yang mendukung habitat vektor demam berdarah dan pertumbuhan virus. Sebagai ilustrasi, dampak perubahan iklim terhadap DBD dijelaskan oleh Wirayoga (2013). Insiden tertinggi demam berdarah dengue (DBD), sekitar 1.125 insiden di Semarang pada bulan Maret 2010 terjadi di bawah kondisi lingkungan dengan suhu udara 27,80C, curah hujan 353 mm, dan kelembaban relatif 81%. Tingkat kejadian terendah adalah sekitar 29 insiden pada bulan Desember 2011 terjadi pada suhu 27,70C, curah hujan 413 mm, dan kelembaban relatif 81%. Berdasarkan studi ICCTF, sebuah proyek kolaborasi Departemen Kesehatan dan Pusat Perubahan Iklim Universitas Indonesia pada tahun 2014 di Bali, Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan Sumatera Barat, jumlah penderita DBD per 100.000 penduduk (Tingkat Insiden = IR) di hampir semua studi kasus menunjukkan kecenderungan meningkat sejak tahun 2001 dengan puncaknya terjadi pada tahun 2010. Perhatian pada DBD meningkat sebagaimana dijelaskan Banu et al. (2011) bahwa perubahan iklim global akan mempengaruhi distribusi musiman dan geografis DBD di Asia Pasifik. Fenomena El Nino, dapat terjadi lebih sering dan periode yang lebih lama akibat dampak perubahan iklim global, juga dapat memicu insiden DBD. Ada korelasi yang kuat antara El Nino dan tingginya kasus dengue, mengisyaratkan potensi penggunaan informasi El Nino diperlukan dibandingkan suhu udara sebagai prediktor untuk menganalisis konsekuensi dari fluktuasi iklim terhadap kejadian DBD (Sutanto, 2011).

Sebagai bahan latihan, pada bagian ini akan dilakukan identifikasi penyakit melalui uraian yang telah dipelajari sebelumnya. Secara umum, mekanisme dalam identifikasi dampak perubahan iklim pada sektor kesehatan dapat dilihat dari peningkatan frekuensi kejadian penyakit seiring kondisi perubahan iklim yang terjadi. Pada Permen LHK No.33 Tahun 2016, analisa dampak direkomendasikan dengan melakukan regresi atau korelasi terhadap perubahan unsur iklim dengan penyakit yang dikaji. Identifikasi dampak juga dapat dilakukan melalui analisis dest study atau lebih dikenal dengan studi literatur. Analisis ini lebih pada mengembangkan metode dan mengoleksi data skunder baik hanya dikoleksi saja atau dengan pemodelan untuk mengidentifikasi dampak pada periode berikutnya. Sementara identifikasi dampak melalui survei lapang langsung juga dapat dilakukan untuk mendapatkan kondisi riil lapangan dan data primer dampak perubahan iklim terhadap sektor kesehatan. Setiap Kementerian/Lembaga termasuk rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya juga mengoleksi data pasien terdampak yang mana data ini dapat pula digunakan untuk analisis identifikasi dampak.

Secara umum dalam mengidentifikasi dampak perubahan iklim bidang kesehatan dilakukan langkah-langkah berikut ini:

Detail langkah:
1. Ruang lingkup identifikasi mencakup Nasional/Provinsi/Kota/Kabupaten/dst. Dalam tahap ini peserta diminta untuk menuliskan lingkup wilayah yang akan diidentifikasi
2. Level analisis terdiri dari tingkat Administrasi/Sektoral. Bagian ini harus diisikan peserta sesuai dengan tingkat bahan yang akan dianalisis, misalnya sektoral dengan spesifik sektor kesehatan
3. Selanjutnya peserta menuliskan berbagai dampak perubahan unsur-unsur iklim pada bidang kesehatan. Misal: peningkatan penyakit ISPA pada musim panas.
Dampak disini difokuskan pada penyakit berikut:

Penyakit
Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Penyakit Tular Udara Penyakit Tular Air Penyakit tular makanan dan gizi Penyakit/ gangguan kesehatan jiwa Kematian dan Luka Fisik Akibat Bencana Perubahan Iklim
Malaria DBD Vilariasis ISPA Diare

4. Setelah dampak, peserta diminta untuk mengidentifikasi kerugian akibat dampak tersebut
5. Selanjutnya, peserta menuliskan variabel iklim yang berpengaruh signifikan pada dampak tersebut. Misalnya suhu udara, curah hujan dsb.
6. Setelah itu, peserta mencatat bagaimana kecenderungan iklim historis (poin 4) hingga saat ini. Misalkan pada poin 4 dituliskan suhu udara, maka pada poin ini dilanjutkan dengan kecenderungannya, apakah semakin meningkat suhunya atau stagnan
7. Langkah terakhir, peserta menuliskan sumber atau literatur yang digunakan. Misalnya: dibi.bnpb.go.id; BMKG; Dinas Kesehatan, atau Artikel/Jurnal ilmiah dst

Untuk memahami lebih lanjut mengenai mekanisme ini, peserta akan melakukan penugasan yang tercantum pada Lembar Penugasan Materi Inti I.